Mari Berbagi Ilmu di Pelangiku

para sahabat ilmu merupakan kunci dari hidup, tanpa ilmu hidup seakan tak ada artinya

Kamis, 07 Oktober 2010

Karakteristik Program Inovasi

Karakteristik Program Inovasi By : Nova Iwan Irawan, S.Pd BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan negara Republik Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk mewujudkan itu maka pemerintah Indonesia berkewajiban memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara tanpa kecuali untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pembangunan, maka dari itu kita tidak perlu heran bila pemerintah terus mengupayakan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan terus diupayakan mulai dari penambahan anggaran pendidikan, peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, perbaikan sarana-prasarana dll. Suryadi (2009: 1) yang mengutip laporan UNDP tentang Human Development Index (HDI-UNDP) tahun 2000 menempatkan Indonesia pada peringkat ke 109 dunia dan tahun 2004 turun menjadi peringkat 111 dari 177 negara HDI (Human Development Index). Melihat laporan diatas ternyata mutu pendidikan di Indonesia masih rendah dan harus terus kita tingkatkan. Ujung tombak peningkatan mutu pendidikan di Indonesia tiada lain adalah sekolah, maka dari itu tenaga pendidik dan kependidikan sebagai penggerak roda sekolah punya peran yang sangat vital, UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas mengatakan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan sementara pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan. Jadi jelas dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia peran guru sangat sentral. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan kita memerlukan guru yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan model-model pembelajaran. Peningkatan mutu pendidikan di negara kita tidak akan lepas dari inovasi pendidikan. Jadi kita memerlukan program-program inovasi (temuan baru) di bidang pendidikan dalam proses belajar-mengajar. Suherli (2010: 1) menyatakan bahwa inovasi merupakan sebuah pemikiran, praktek, atau obyek yang dianggap sesuatu yang baru yang dianggap mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jadi jelas masalah rendahnya mutu pendidikan bisa dijawab dengan penemuan-penemuan inovasi di bidang pendidikan. BAB II PENGERTIAN INOVASI Peningkatan mutu pendidikan tidak akan terlepas dari inovasi pendidikan, karena inovasi selalu melahirkan hal-hal yang baru (perubahan), bila kita bicara inovasi yang terbayang adalah perubahan tetapi inovasi bukan hanya sekedar perubahan karena dalam inovasi harus menghasilkan perubahan sosial (social change). White yang dikutip Suherli (2010: 2) menyatakan : “ innovation is more than change, although all innovation involve change.” Miller, Roger E. Yang dikutip oleh Suherli (2009: 2) mengatakan : “ Innovation is an idea, practice, or object perceived as new by relevant unit of adoption, whether it is an individual or an organization.” Artinya inovasi adalah sebuah pemikiran, praktek, atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru melalui proses adopsi yang dilakukan baik oleh seorang individu atau organisasi. Berdasarkan pendapat diatas jelas bahwa inovasi merupakan hasil pemikiran tiap individu atau kelompok yang menghasilkan sesuatu yang baru di tengah kehidupan masyarakat. Vanterpool yang dikutip oleh Suherli (2010: 2) mengatakan : “Innovation is an effort to introduce a practice in order to bring about a social change. The practice need not be totally new: its efficienly and potentiality in a new contecxt are the main criteria used in labeling is as innovation. The emphasis is on change in terms providing a strategy to deal with specific local or national problem. Inovasi adalah kegiatan yang bisa membawa perubahan sosial walaupun kegiatan itu tidak harus semuanya baru asal efektif dan berpotensi bagi adanya perubahan, jadi lahirnya inovasi tidak mutlak harus baru bisa juga penambahan atau penyempurnaan model atau konsep yang lama. Suherli (2010: 1) menyatakan bahwa inovasi merupakan sebuah pemikiran, praktek, atau obyek yang dianggap sesuatu yang baru yang dan dianggap mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan paparan diatas jelas bahwa inovasi merupakan temuan baru yang mampu menjawab berbagai masalah sehingga mampu merubah tatanan sosial (social change) . Inovasi selalu kita butuhkan karena perubahan menjadi tuntutan dalam hidup (kebutuhan). Kehidupan kita yang kian hari makin dinamis dan syarat dengan berbagai temuan baru (inovasi). BAB III KARAKTERISTIK PROGRAM INOVASI Peningkatan kualitas pendidikan jelas menuntut adanya perubahan, karena tanpa perubahan maka kualitas pendidikan akan stagnan atau diam di tempat. Tuntutan akan tingginya kualitas (mutu) pendidikan mendorong pelaku-pelaku pendidik untuk membuat perubahan (inovasi). Perubahan yang diprogramkan akan mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas dan akan menjawab permasalahan yang dihadapi, Aceng Muhtaram (2009: 59) mengatakan : “ Ciri utama suatu program perubahan adalah bermuatan inovasi atau pembaruan.” Jadi perubahan-perubahan yang kita buat harus mempunyai program yang jelas. Rogers yang di kutip Aceng Muhtaram (2009: 103) menyatakan : “ Katagorisasi pelaku perubahan kepada 5 jenis yaitu : (1) inovator, (2) pelopor, (3) pengikut awal, (4) pengikut susulan dan (5) tertinggal.” Penemuan suatu inovasi adalah suatu rangkaian tahapan bukan suatu seri yang linier dari langkah-langkah. Jadi jelas dalam pembuatan program inovasi perlu tahapan kegiatan dan evaluasi. Program inovasi yang kita buat harus mempertimbangkan pihak pengguna inovasi, Everett M. Rogers yang di kutip Suherli (2010: 5) mengatakan terdapat 5 (lima) karakteristik inovasi yaitu : (1) memiliki keunggulan relatif, (2) ketersesuaian untuk digunakan, (3) tidak begitu rumit, (4) dapat dicoba, (5) dapat diamati. MODEL KERANGKA KENDALI INOVASI Dimodifikasi dari : Rogers, Everett M. (1983) A. Keunggulan Relatif (Relative Adventage) Program inovasi harus mempunyai keunggulan atau kelebihan dibanding dengan program sebelumya, dan ini sangat perlu karena kalau tidak maka si pengguna inovasi tidak akan mengadop program ini. Maka dalam membuat program inovasi harus ada nilai lebih dari program yang telah ada sehingga para pengguna akan mempertimbangkan dengan cepat untuk menerima program inovasi tersebut. Maka dalam pembuatan program inovasi kita harus memperhatikan kriteria-kriteria, Aceng Muhtaram (2009: 98) mengatakan : “ 3 kriteria dalam merancang program inovasi yaitu : 1. Fisibilitas ; yaitu tingkat kemungkinan pelaksanaan program dalam kaitannya dengan sumber-sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing sekolah. Tenaga, biaya, fasilitas, dan waktu merupakan sumber utama yang harus diperhitungkan. 2. Akseptabilitas ; yaitu tingkat kemungkinan pelaksanaan program dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan para klien inovasi di lingkungan sekolah masing-masing. Nilai tambah yang diraih para klien akan sangat menentukan akseptabilitas program yang dirancang. Oleh karena itu disamping program pembaruan perlu terkait dengan pengembangan profesional, juga menjadi bagian dari pembinaan karir staf sekolah yang dijadikan klien inovasi. 3. Vulnerabilitas; yaitu tingkat kemungkinan pelaksanaan program dalam kaitannya dengan antisipasi mengatasi risiko-risiko yang mungkin dihadapi. Setiap tindakan yang dilakukan di sekolah-sekolah mengandung konsekuensi-konsekuensi. Diantaranya dapat berwujud beban yang mungkin diakibatkan dari adanya perubahan dari rencana yang ditetapkan. Dengan demikian dalam merancang program inovasi kita perlu merumuskan materi perubahan, tujuan perubahan, pelaku perubahan, waktu perubahan dan tempat perubahan sehingga program inovasi yang kita buat jelas nilai tambahnya dan akan dengan cepat diadopsi dan nilai tambah atau kelebihan program ini harus dapat diukur misalnya dari segi ekonomi, dan kepuasan pengguna program inovasi. B. Ketersesuaian (Compatibility) Ketersesuaian program inovasi dengan komunitas pengguna yang telah memiliki nilai-nilai yang berlaku perlu diperhatikan karena kalau program inovasi tidak sesuai dengan nilai-nilai di komunitas pengguna maka si pengguna akan mempertimbangkan dalam menerima program tersebut. Program yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang ada di lingkungan masyarakat akan sulit di adopsi oleh si pengguna. Maka sebelum kita membuat program inovasi kita sangat perlu melakukan kajian kebutuhan untuk perubahan dimaksudkan untuk mempelajari apakah yang telah ada sudah memenuhi harapan-harapan si pengguna, sehingga kita dapat menentukan produk layanan lain yang dibutuhkan si pengguna dan dapat diterima mereka. Lebih jauh lagi kajian ini akan memberi pemahaman kepada kita agar kita paham apa yang dapat kita lakukan agar produk inovasi kita dapat diakses, diterima, dan bermanfaat bagi si pengguna. Spurlin yang dikutip oleh Aceng Muhtaram (2009: 24) menyatakan : “ Ada beberapa pertimbangan umum yang patut diperhatikan dalam melakukan pengkajian kebutuhan untuk perubahan di bidang pendidikan, diantaranya : • Pandangan yang kuat mengenai bagaimana perubahan di bidang pendidikan bisa berdampak positif pada masyarakat kita. • Pengetahuan luas tentang berbagai pendekatan yang bisa membuat perubahan paling efektif. • Kesadaran terhadap program yang telah ada dan terhadap kesenjangan yang ada dalam pendidikan, untuk memungkinkan efisien penggunaan sumber-sumber daya. • Informasi tentang situasi kependidikan saat ini dapat digunakan untuk menghasilkan dokumen. • Pengetahuan tentang permintaan potensial untuk berbagai program serta produk sistem pendidikan. • Kepercayaan bahwa program yang sedang melayani masyarakat, sering mengkomunikasikan kemampuan dan profesionalisme yang lebih besar untuk membiayai otoritas.” Langkah-langkah Strategis Perubahan Diadopsi dari Make Sence of Stratey (Tony Manning: 2005) C. Kerumitan (Complexity) Kerumitan program inovasi adalah seberapa cepat pemahaman si pengguna pada program tersebut atau seberapa sulit program inovasi dipahami oleh si pengguna karena semakin cepat si pengguna memahami program maka semakin cepat pula program tersebut diadopsi oleh si pengguna. Pengguna akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas program inovasi yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan program tersebut. Tingkat pemahaman individu pada program inovasi pun berbeda-beda tergantung pengetahuan individu tersebut pada istilah-istilah inovasi. Jadi intinya makin rumit inovasi bagi seseorang maka makin lambat proses adopsinya. D. Dapat Diujicobakan (Trialability) Program inovasi harus bisa diuji keunggulannya supaya si pengguna merasa yakin akan keunggulan program tersebut, dengan adanya pengujian akan mempercepat si pengguna mengadopsi program. Inovasi yang dapat diujicobakan akan memperkecil risiko bagi penerimanya sehingga akan diadopsi lebih cepat. E. Dapat Diamati (Observability) Program inovasi itu harus bisa dilihat orang lain. Hasil inovasi ada yang mudah dilihat dan dikomunikasikan kepada orang lain dan ada yang tidak. Bila program inovasi dapat diamati maka akan cepat diadopsi dan bila program inovasi tidak bisa diamati maka akan semakin lambat diadopsinya. Dengan mudahnya diamati maka akan mendorong pengguna untuk menilai apakah inovasi itu manpu meningkatkan status sosial mereka atau tidak. Seorang inovator pendidikan harus mengetahui dan memahami karakteristik inovasi pendidikan agar tidak sia-sia dalam pelaksanaanya. Jadi sebelum membuat program kita harus merancang tahapan-tahapan agar program kita dapat memenuhi kriteria diatas. Dengan mengacu pada ciri-ciri inovasi seperti tersebut di atas maka monitoring dan evaluasi sebagai alat utama dalam pengendalian program inovasi. Konsep Dasar Monitoring dan Evaluasi Program Inovasi Drs. Aceng Muhtaram M (2009) Monitoring dilakukan fokus pada implementasi program inovasi yang berupa kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dan ini berguna bagi kepentingan evaluasi. Evaluasi dilakukan fokus pada hasil sebagai manfaat (benefit) atau dampak (impact) sehingga kita tahu betul dari proses sampai hasil dari program inovasi tersebut. BAB IV PENUTUP Program inovasi merupakan salah satu jawaban bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, karena program inovasi memberikan ide-ide perubahan bagi meningkatnya mutu pendidikan. Bagi seorang inovator dalam membuat program inovasi harus mengetahui dan memahami karakteristik program inovasi tersebut agar program inovasi tidak sia-sia dan cepat diadopsi oleh si pengguna. Adapun karakteristik inovasi menurut Vanterpool yang di kutip oleh Suherli (2010: 7) adalah : a) Relative advantage (compare with what exists), artinya berguna dibandingkan dengan yang telah ada sebelumnya. b) Compatibility (consistent with values, experiences, needs), artinya apakah inovasi tersebut akan konsisten terhadap nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhan para adopter? c) Testability (can be tried on an experimental basis), artinya seberapa jauh program inovasi tersebut bisa diujicobakan disekolah. d) Observability (can be seen in action), artinya apakah inovasi tersebut dapat diperlihatkan secara nyata hasilnya kepada para pengguna? e) Complexity (ease of use), artinya apakah guru-guru memerlukan pelatihan untuk mengaplikasikan program inovasi tersebut? Jadi bila program inovasi yang kita buat tidak memenuhi ke lima kriteria diatas maka kita perlu mempertimbangkannya kembali karena bagaimanapun program inovasi yang kita buat harus memenuhi lima kriteria dia atas biar program inovasi kita berguna dan cepat diadopsi oleh si pengguna. DAFTAR PUSTAKA Muhtaram, Aceng, M., (2009). Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, Konsep Dan Aplikasi. PT. Sarana Panca Karya Nusa, Bandung. Pembukaan UUD 1945 Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Suherli (2010). Manajemen Inovasi Pendidikan. Pascasarjana Unigal Press, Ciamis Sekelumit Tentang Penulis Nova Iwan Irawan adalah Guru SMAN Sariwangi, ia terlahir di kota Garut tahun 1972. Pendidikan SD di tempuh di SDN 1 Kedawung Karawang, SMP di tempuh di SMPN 1 Singaparna dan SLTA di SMAN 1 Singaparna . Pendidikan kesarjanaan jurusan bahasa inggris di tempuh di Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Ia tinggal di Jl. Cipaku Desa Sukamulih Kec. Sariwangi Kab. Tasikmalaya. Pengalaman mengajar di SMPN 1 Mangunreja, SMPN 1 Pangkalan Kuras, SMPN 1 Taraju, MA Bungursari, SMAI Cipasung dan terakhir di SMAN 1 Sariwangi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar